Senin, 13 Oktober 2014



MAKALAH TENTANG ERA GLOBALISASI
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha dasar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.
Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia.
Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang tepat.
Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya,kemajuan tersebut juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam era globalisasi sekarang ini.
Masyarakat modern tidak hanya membutuhkan pendidikan sains dan teknologi, tetapi juga harus diimbangi dengan pendidikan keimanan, ibadah dan akhlak karena semakin intensnya terjadi kemerosotan akhlak di kalangan anak-anak mereka karena terpengaruh oleh arus era globalisasi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian era globalisasi, memandang lebih jauh globalisasi sebagai ancaman ataukah sebagai tantangan, dan persiapan yang matang dalam menghadapi arus globalisasi.
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian era globalisasi ?
2.      Apakah globalisasi sebagai ancaman ataukah sebagai tantangan ?
3.      Bagaimana persiapan sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi ?

C.    Tujuan Pembahasan
Dalam makalah ini, terdapat beberapa tujuan, di antaranya :
1.      Untuk mengetahui pengertian era globalisasi.
2.      Untuk mengetahui globalisasi sebagai ancaman ataukah sebagai tantangan.
3.      Untuk mengetahui persiapan sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Era Globalisasi
Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia “era” diartikan sejumlah tahun dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah atau masa. Sedangkan menurut kamus ilmiah popular era berarti zamanmasa atau kurun waktu.Sedangkan kata “globalisasi” berasal dari kata dasar global, yang artinya menyeluruh,seluruhnyagaris besarsecara utuh, dan kesejagatan. Jadi globalisasi dapat diartikan sebagai pengglobalan seluruh aspek kehidupan, perwujudan (perubahan) secara menyeluruh aspek kehidupan. Dan perubahan merupakan suatu proses actual yang tidak pernah hilang selama manusia hidup di muka bumi ini. Keharusan ini dimungkinkan karena manusia pada dasarnya adalah makhluk kreatif sebagai sunnatullah atas rasacipta, dankarsa yang diberikan maha pencipta kepadanya.
Era globalisasi dalam arti terminologi adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan diantara masyarakat dan elemen-elemen yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Globalisasi juga dimaknai dengan gerakan mendunia, yaitu suatu perkembangan pembentukan sistem dan nilai-nilai kehidupan yang bersifat global. Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara menyeluruh dan perubahan itu dihadapi bersama sebagai suatu perubahan yang wajar. Sebab mau tidak mau, siap tidak siap perubahan itu akan terjadi. Era ini di tandai dengan proses kehidupan mendunia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang tranformasi dan komunikasi serta terjadinya lintas budaya.
Istilah globalisasi menurut Akbar S. Ahmad dan Hasting Donnan yang memberikan batasan bahwa globalisasi pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat didalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh ( menjadi hal-hal ) yang bisa dijangkau dengan mudah.[1]. Globalisasi adalah bagian dari perubahan ruang, gerak dan waktu dari nilai-nilai manusia secara universal menuju sebuah spectrum keluarga besar masyarakat dunia (Global Citizen )[2].

B.     Globalisasi Sebagai Ancaman atau Tantangan
Istilah “globalisasi”yang sangat populer ini, dapat pula berarti ideologi. Alat , oleh karena itu merupakan wujud keberhasilan ilmu teknologi, terutama sekali dibidang komunikasi. Ketika globalisasi berarti alat, maka globalisasi sangatlah netral. Artinya, ia berarti dan sekaligus mengandung hal-hal yang positif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan yang baik. Sebaliknya, globalisasi akan dapat berakibat negative jika digunakan untuk tujuan yang tidak baik. Dengan demikian globalisasi akan bergantung kepada siapa saja yang menggunakannya dan untuk keperluan apa serta tujuan kemana ia dipergunakan.
Keika globalisasi sebagai ideology, sudah mempunyai arti sendiri dan netralitasnya sangat berkurang. Oleh karena itu, tidak aneh kalau kemudian tidak sedikit akan terjadi benturan nilai, antara nilai yang dianggap sebagai ideology globalisasi dan nilai agama, termasuk agama Islam. Ketika bermakna ideology itulah, globalisasi atau juga pergaulan hidup global baru ada respon dari agama-agama, termasuk Islam. Baik sebagai alat maupun sebagai ideology.
Menurut Syamsul, salah satu senior lecturer di Monash University dulu, ada dua hal yang menjadi tantangan terbesar bagi dunia pendidikan di Indonesia menghadapi era globalisasi dunia sekarang.
Æ Yang pertama, adalah Teknologi. Minimnya pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi kemampuan para edukator. Saya yakin bahwa banyak guru-guru yang tidak mengetahui adanya internet sedangkan para murid sudahtechnology-aware.
Æ  Yang kedua, masuknya sekolah plus dengan overseas syllabus. Tantangan ini bisa berdampak positif dan berdampak negatif, tergantung dari perspektif mana kita melihatnya.
Ö Pertama, Sebagai Ancaman
Akhir-akhir ini, banyak kita ketahui, bermunculan gaya pergaulan dikalangan anak muda. Seperti, kelompok ABG gedongan, kelompok eksekutif, kelompok anak muda sukses, kelompok anak orang kaya, dan masih banyak contoh kelompok yang dibangun atas dasar gengsi. Yang semuanya itu tidak lepas dari gaya hidup global.
Dalam pendefinisian itu, disana banyak ancaman budaya berupa kebebasan yang datang dari dunia sekuler yang umumnya Barat. Dan ketika kebebasan ini berlebihan, maka nilai-nilai dan norma budaya lokal dan nasional, terlebih lagi nilai agama. Akan terasa terancam olehnya. Tentu saja kebebasan disini tidak dalam pengertian yang positif seperti kebebasan menyampaikan pendapat kritik sosial dan semacamnya. Namun, ia adalah kebebasan yang menjurus pada kepuasan lahiriah (pleasure), egoisme, dan hedonisme. Akibat negative dari kebebasan penyalahgunaan narkoba, kebebasan seks, kebebasan makan dan minum barang haram, dan sejenisnya. Yang demikian itu akan mengancam pada masyarakat yang terlalu mudah hanyut untuk berimitasi globalisasi atau akan menjadi lingkaran setan bagi mereka.[3]
Ö Kedua, Sebagai Tantangan
Di pihak lain, jika globalisasi itu memberi pengaruh hal-hal, nilai dan praktek, yang positif, maka seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mampu menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalai benturan dengan budaya lokal maupun nasional, terutama sekali nilai agama. Dengan kata lain, bagaimana agar nilai-nilai positif yang ada di Barat atau bahkan di belahan Negara lain, dapat masuk ke bangsa kita dan dapat pula dipraktekan di tengah-tengah masyarakat kita, seperti budaya disiplin, kebersihan, tanggungjawab, egalitarisme, kompetisi, kerja keras, penghargaan untuk orang lain, dan sejenisnya. Disinilah seharusnya agama mampu menyaring, yang baik dapat diikuti dan yang jelek harus dihindari.
Lebih dari itu, bagaimana kita mampu memberi pendidikan kepada anak-anak kita dan bangsa kita agar ketika mereka mengetahui nilai yang negative, mereka akan menghindarinya, bukan malah menirunya. Dan sebaliknya, ketika anak-anak mengetahui nilai –nilai yang positif dan memberikan manfaat untuk bangsanya, mereka akan senantiasa menirunya dan akan mengadopsinya, bukan malah menghindarinya. Ini berarti berkaitan dengn banyak aspek, termasuk pendidikan, kemauan politik, praktek hukum dan tidak ketinggalan adalah contoh dari pimpinan kita.
C.    Persiapan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Globalisasi
1.      Perlunya landasan
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan kompetisi, yang harus dilakukan adalah penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan mental sekaligus kesiapan skill atau manusia professional, namun demikian untuk menjadi manusia professional haruslah mempunyai landasan yaitu ajaran agama Islam, landasan motivasi, inspirasi dan aqidah. Agar mampu menjawab tantangan dan menghadapi ancaman ajaran islam memberikan petunjuk sebagai berikut:
Ö Menumbuhkan kesadaran kembali tentang tujuan hidup menurut islam. Baik manusia sebagai hamba Allah, maupun kholifah Allah. Seperti yang dijelaskan pada QS. Al-Baqarah : 30 yang berbunyi :
‌ۖ خَلِيفَةً۬لۡأَرۡضِ ٱ فِى جَاعِلٌ۬ إِنِّى لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ رَبُّكَ قَالَ وَإِذۡ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…
Disini iman dan taqwa sangatlah penting untuk dijadikan sebagai landasan hidup. Kita sadar bahwa kepuasan lahiriyah yang pernah dinikmati oleh manusia hanyalah sebatas sementara. Dengan begitu kita akan sanggup mengatur diri kita, dan pada akhirnya mampu merasakan kenikmatan yang hakiki ketika kita berbuat baik, hal ini baik untuk hal-hal yang hubungannya dengan khaliq maupun antar sesama umat manusia. Dengan demikian, ketika kita akan terbawa arus globalisasi, maka kita akan selalu ingat kesadaran keberagaman kita, yang mempunyai aturan main didunia dan diakhirat.
Ö Mempertanggung jawabkan apa yang diperbuat didunia, baik formalitas administrative sesuai ketentuan yang ada didunia sendiri maupun hakiki yang menceburkan diri dalam kehidupan globalisasi., maka seharusnya kita sadar akan tanggungjawab kita sendiri terhadap apa yang kita perbuat. Setitik apapun yang dilakukan oleh seseorang, ia akan dimintai pertanggungjawabannya[4]. Sebagaimana disebutkan dalam surat Az-Zalzalah ayat 7-8 yang berbunyi :
 (٨)يَرَهُ ۥ شَرًّ۬ا ذَرَّةٍ۬مِثۡقَالَ يَعۡمَلۡ وَمَن (٧) يَرَهُ ۥ خَيۡرً۬ا ذَرَّةٍ مِثۡقَالَ يَعۡمَلۡ فَمَن
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat [balasan] nya. (7) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat [balasan]nya pula. (8)
           Disini, pendidikan Agama Islam yang diharapkan dapat berperan sebagai filter terhadap kemungkinan timbulnya dampak negative dari akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat, serta sekaligus dapat menghilangkan pandangan dikotomi antara ilmu pengetahuan dan agama.[5]
2.      Persiapan sumber daya manusia dengan kriteria pribadi berkualitas
a)      Aspek Intelektual
Ü  Kemampuan Analisis
Ü  Kemampuan Fokus
Ü  Kemampuan Organisasi
Ü  Kemampuan Teknis Praktis
Ü  Kemampuan penguasaan multi bahasa, dasar : Indonesia dan Inggris ; Pilihan tambahan : Mandarin, Perancis, Jepang ( salah satu ).
Ü  Menyenangi bukti, music, kesenian, filsafat, dan Ilmu pengetahuan.
Ü  Bekerja keras untuk mendapatkan nilai/hasil yang baik
Ü  Memiliki wawasan nasional dan internasional
Ü  Sistematika kerja, kecepatan kerja dan ketelitian kerja.
b)      Aspek Ketrampilan
c)      Aspek Kepribadian ; 16 Nilai Dasar ( Basic Values )
Ü  Integritas Tinngi
Æ Terbuka
Æ Konsisten
Æ Berorientasi hasil
Æ Rajin
Æ Disiplin
Æ Kontrol Diri
Æ Keberanian
Æ Kesederhanaan
Æ Pendengar yang baik
Æ Bisa dipercaya
Æ Mempunyai tujuan jelas
Æ Memikirkan orang
Æ Jujur
Æ Memiliki prinsip
Æ Memanfaatkan peluang
Æ Mengakui kesalahan
Ü  Kemandirian
Ü  Kreatif
Ü  Berani mengambil resiko
Ü  Humor
Ü  Daya tahan
Ü  Rasa hormat
Ü  Suka menolong
Ü  Kerjasama
Ü  Semangat belajar seumur hidup
Ü  Pemberdayaan
Ü  Kepemimpinan
Ü  Komitmen
Ü  Kebanggaan
Ü  Keadilan
Ü  Kesabaran.[6]
Ü   


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Æ  Globalisasi dapat diartikan sebagai pengglobalan seluruh aspek kehidupan, perwujudan (perubahan) secara menyeluruh aspek kehidupan.
Æ  Globalisasi dinilai sebagai tantangan, maka seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mampu menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalai benturan dengan budaya lokal maupun nasional, terutama sekali nilai agama. Dan globalisasi sebagai ancaman seperti banyaknya ancaman budaya berupa kebebasan yang datang dari dunia sekuler yang umumnya Barat. Dan ketika kebebasan ini berlebihan, maka nilai-nilai dan norma budaya lokal dan nasional, terlebih lagi nilai agama. Akan terasa terancam olehnya.
Æ  Dalam era globalisasi perlunya mempersiapkan sumber daya manusia yang mempunyai landasan dan mempunyai criteria pribadi yang berkualitas
B.     Saran
Æ Dalam menghadapi tantangan globalisasi perlunya memiliki kesiapan mental yang cukup tinggi dan memiliki kemampuan skill serta mampu menjadi manusia yang professional yang berlandasan ajaran agama Islam.
Æ Dampak dari globalisasi bisa dilihat dari segi positif dan negative yang kita peroleh, sebaiknya kita mampu memilih dan mengerti apa-apa yang kita serap dari dampak yang ditimbulkannya, apakah memberikan sisi positif bagi diri kita, atau malah sebaliknya.
Æ Mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas.





DAFTAR PUSTAKA
Arif AM, M . 2011 . Ilmu Pendidikan Islam . Kertososno : Iress Press Kerjasama dengan STAIM
Azizy, Qodri . 2004 . Melawan Globalisasi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Darajat, Zakih . 1992 . Dasar-Dasar Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada
     Perguruan Tinggi Umum . Bandung : Alumni
Ramayulis, H . 2010 . Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta : Kalam Mulia
Usa, Muslih dan Aden Wijdan SZ . 1997 . Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial . 
     Yogyakarta : Aditya Media
Widayati, C Sri . 2002 . Reformasi Pendidikan Dasar . Jakarta : PT. Gramedia Sarana Indonesia
http://www.quranexplorer.com/quran/


[1] Qodri Aziziy , Melawan Globalisasi (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004)
[2] Sri Widayati C, Reformasi Pendidikan Dasar (Jakarta, PT. Gramedia Sarana Indonesia, 2002)
[3] Qodri Azizy, op.cit , hlm. 23-24
[4] Qodri Azizy, op.cit , hlm. 32-33
[5] Zakih Darajat, Dasar-Dasar Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum (Bandung, Alumni, 1992), hal. 7
[6] Sri Widayati C, ibid
§  
Mengenai Saya


Sabda Rasul SAW: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua         orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.            (HR. Bukhari).
Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, muncul “agenda persoalan” baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orangtua pun selalu cemas memikirkanya.
Dr. Abdullah Nashih ‘ulwan, dalam bukunya Tarbiyatul Aulad” menegaskan, hanya ada satu cara agar anak menjadi permata hati dambaan setiap orangtua, yaitu melalui pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam.
Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan . Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-nya serta berbakti kepada orengtuanya.
Upaya dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering mengalami kendala. Perlu disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini, hendaknya orangtua bersabar dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian.
Dalam mendidik anak setidaknya ada dua macam tantangan, yang satu bersifat internal dan yang satu lagi bersifat eksternal. Kedua tantangan ini sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Sumber tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri. Ketidakcakapan orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Sunatullah telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad).
Tantangan eksternal pun juga sangat berpengaruh dan lebih luas lagi cakupannya. Tantangan pertama bersumber dari lingkungan rumah. Informasi yang yang didapat melalui interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya sedikit banyak akan terekam. Lingkungan yang tidak islami dapat melunturkan nilai-nilai islami yang telah ditanamkan di rumah.
Yang berikutnya adalah lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga guru-guru sekolah tidak mampu mengawasi anak didiknya setiap saat. Interaksi anak dengan teman-teman sekolahnya apabila tidak dipantau dari rumah bisa berdampak negatif. Sehingga memilihkan sekolah yang tepat untuk anak sangatlah penting demi terjaganya akhlak sang anak. Anak-anak Muslim yang disekolahkan di tempat yang tidak islami akan mudah tercemar oleh pola fikir dan akhlak yang tidak islami sesuai dengan pola pendidikannya, apalagi mereka yang disekolahkan di sekolah nasrani sedikit demi sedikit akhlak dan aqidah anak-anak Muslim akan terkikis dan goyah. Sehingga terbentuklah pribadi-pribadi yang tidak menganal islam secara utuh.
Disamping itu peranan media massa sangat pula berpengaruh. Informasi yang disebarluaskan media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat. Jika orang tua tidak mengarahkan dan mengawasi dengan baik, maka si anak akan menyerap semua informasi yang ia dapat, tidak hanya yang baik bahkan yang merusak akhlak.
Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi. Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut. Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan criteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial.
Meskipun banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, orang tua tetap memegang peranan yang amat dominan, sebagaiman sabda Rasul SAW:
„Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.” (Hr.Bukhari).
Dalam mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya. Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah jelas, peran ayah tidak diabaikan, tapi peran ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua Muslim dalam mendidik anak, yaitu :
Orang tua perlu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya. Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
Memahami kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
Sebelum mentransfer nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru dan merekam segala perbuatan orang terdekat. Bersegera mengajarkan dan memotivasi anak untuk menghafal Al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
Menjaga lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang diberikan pada anak.
Memang usaha mendidik anak tidaklah semudah membalik tangan. Perlu kesabaran dan kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua. Apalagi membesarkan anak di era globalisasi seperti ini, harus lebih memberikan perhatihan dalam mendidik anak. Wallahu alamBottom of Form
·        
http://badge.facebook.com/badge/1684046080.984.1242395947.png

·        

Yulianto”
Top of Form
Get every new post delivered to your Inbox.
Bottom of Form