MYHANNA
HIDUP HARUS BERARTI
Kamis, 12 Maret 2020
Senin, 13 Oktober 2014
MAKALAH
TENTANG ERA GLOBALISASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha dasar untuk menyiapkan
peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang
akan datang.
Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan
anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi
bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia.
Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa untuk
menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara
bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut
pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses
demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa.
Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah
kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan
sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang tepat.
Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia,
pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar dalam
era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa
dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya,kemajuan tersebut juga beriringan
dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam era globalisasi sekarang
ini.
Masyarakat modern tidak hanya membutuhkan pendidikan sains dan teknologi,
tetapi juga harus diimbangi dengan pendidikan keimanan, ibadah dan akhlak
karena semakin intensnya terjadi kemerosotan akhlak di kalangan anak-anak
mereka karena terpengaruh oleh arus era globalisasi. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan dibahas tentang pengertian era globalisasi, memandang lebih
jauh globalisasi sebagai ancaman ataukah sebagai tantangan, dan persiapan yang
matang dalam menghadapi arus globalisasi.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini
penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian era
globalisasi ?
2. Apakah globalisasi
sebagai ancaman ataukah sebagai tantangan ?
3. Bagaimana persiapan
sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi ?
C. Tujuan Pembahasan
Dalam makalah ini,
terdapat beberapa tujuan, di antaranya :
1. Untuk mengetahui
pengertian era globalisasi.
2. Untuk mengetahui
globalisasi sebagai ancaman ataukah sebagai tantangan.
3. Untuk mengetahui
persiapan sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Era Globalisasi
Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia “era”
diartikan sejumlah tahun dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting
dalam sejarah atau masa. Sedangkan menurut kamus ilmiah popular era berarti zaman, masa atau kurun
waktu.Sedangkan kata “globalisasi” berasal dari kata dasar global,
yang artinya menyeluruh,seluruhnya, garis
besar, secara utuh, dan kesejagatan.
Jadi globalisasi dapat diartikan sebagai pengglobalan seluruh aspek kehidupan,
perwujudan (perubahan) secara menyeluruh aspek kehidupan. Dan perubahan
merupakan suatu proses actual yang tidak pernah hilang selama manusia hidup di
muka bumi ini. Keharusan ini dimungkinkan karena manusia pada dasarnya adalah
makhluk kreatif sebagai sunnatullah atas rasa, cipta,
dankarsa yang diberikan maha pencipta kepadanya.
Era globalisasi dalam arti terminologi adalah sebuah perubahan sosial,
berupa bertambahnya keterkaitan diantara masyarakat dan elemen-elemen yang
terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi dibidang transportasi
dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional.
Globalisasi juga dimaknai dengan gerakan mendunia, yaitu suatu perkembangan
pembentukan sistem dan nilai-nilai kehidupan yang bersifat global. Era
globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara menyeluruh dan
perubahan itu dihadapi bersama sebagai suatu perubahan yang wajar. Sebab mau
tidak mau, siap tidak siap perubahan itu akan terjadi. Era ini di tandai dengan
proses kehidupan mendunia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
dalam bidang tranformasi dan komunikasi serta terjadinya lintas budaya.
Istilah globalisasi menurut Akbar S. Ahmad dan Hasting
Donnan yang memberikan batasan bahwa globalisasi pada prinsipnya
mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat didalam teknologi komunikasi,
transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh (
menjadi hal-hal ) yang bisa dijangkau dengan mudah.[1]. Globalisasi adalah bagian dari perubahan
ruang, gerak dan waktu dari nilai-nilai manusia secara universal menuju sebuah
spectrum keluarga besar masyarakat dunia (Global Citizen )[2].
B. Globalisasi Sebagai Ancaman atau Tantangan
Istilah “globalisasi”yang sangat populer ini, dapat pula berarti
ideologi. Alat , oleh karena itu merupakan wujud keberhasilan ilmu teknologi,
terutama sekali dibidang komunikasi. Ketika globalisasi berarti alat, maka
globalisasi sangatlah netral. Artinya, ia berarti dan sekaligus mengandung
hal-hal yang positif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan yang baik. Sebaliknya,
globalisasi akan dapat berakibat negative jika digunakan untuk tujuan yang
tidak baik. Dengan demikian globalisasi akan bergantung kepada siapa saja yang
menggunakannya dan untuk keperluan apa serta tujuan kemana ia dipergunakan.
Keika globalisasi sebagai ideology, sudah mempunyai arti sendiri dan
netralitasnya sangat berkurang. Oleh karena itu, tidak aneh kalau kemudian
tidak sedikit akan terjadi benturan nilai, antara nilai yang dianggap sebagai
ideology globalisasi dan nilai agama, termasuk agama Islam. Ketika bermakna
ideology itulah, globalisasi atau juga pergaulan hidup global baru ada respon
dari agama-agama, termasuk Islam. Baik sebagai alat maupun sebagai ideology.
Menurut Syamsul, salah satu senior lecturer di
Monash University dulu, ada dua hal yang menjadi tantangan terbesar bagi dunia
pendidikan di Indonesia menghadapi era globalisasi dunia sekarang.
Æ Yang pertama, adalah Teknologi. Minimnya pengetahuan teknologi
sangat mempengaruhi kemampuan para edukator. Saya yakin bahwa banyak guru-guru
yang tidak mengetahui adanya internet sedangkan para murid sudahtechnology-aware.
Æ Yang kedua, masuknya sekolah plus dengan overseas
syllabus. Tantangan ini bisa berdampak positif dan berdampak negatif,
tergantung dari perspektif mana kita melihatnya.
Ö Pertama, Sebagai Ancaman
Akhir-akhir ini, banyak kita ketahui, bermunculan gaya pergaulan dikalangan
anak muda. Seperti, kelompok ABG gedongan, kelompok eksekutif, kelompok anak
muda sukses, kelompok anak orang kaya, dan masih banyak contoh kelompok yang
dibangun atas dasar gengsi. Yang semuanya itu tidak lepas dari gaya hidup
global.
Dalam pendefinisian itu, disana banyak ancaman budaya berupa kebebasan yang
datang dari dunia sekuler yang umumnya Barat. Dan ketika kebebasan ini
berlebihan, maka nilai-nilai dan norma budaya lokal dan nasional, terlebih lagi
nilai agama. Akan terasa terancam olehnya. Tentu saja kebebasan disini tidak
dalam pengertian yang positif seperti kebebasan menyampaikan pendapat kritik
sosial dan semacamnya. Namun, ia adalah kebebasan yang menjurus
pada kepuasan lahiriah (pleasure), egoisme, dan hedonisme.
Akibat negative dari kebebasan penyalahgunaan narkoba, kebebasan seks,
kebebasan makan dan minum barang haram, dan sejenisnya. Yang demikian itu akan mengancam pada masyarakat yang terlalu mudah hanyut
untuk berimitasi globalisasi atau akan menjadi lingkaran setan bagi mereka.[3]
Ö Kedua, Sebagai Tantangan
Di pihak lain, jika globalisasi itu memberi pengaruh hal-hal, nilai dan
praktek, yang positif, maka seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia
untuk mampu menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalai benturan
dengan budaya lokal maupun nasional, terutama sekali nilai agama. Dengan kata
lain, bagaimana agar nilai-nilai positif yang ada di Barat atau bahkan di
belahan Negara lain, dapat masuk ke bangsa kita dan dapat pula dipraktekan di
tengah-tengah masyarakat kita, seperti budaya disiplin, kebersihan,
tanggungjawab, egalitarisme, kompetisi, kerja keras, penghargaan untuk orang
lain, dan sejenisnya. Disinilah seharusnya agama mampu menyaring, yang baik
dapat diikuti dan yang jelek harus dihindari.
Lebih dari itu, bagaimana kita mampu memberi pendidikan kepada anak-anak
kita dan bangsa kita agar ketika mereka mengetahui nilai yang negative, mereka
akan menghindarinya, bukan malah menirunya. Dan sebaliknya, ketika anak-anak
mengetahui nilai –nilai yang positif dan memberikan manfaat untuk bangsanya,
mereka akan senantiasa menirunya dan akan mengadopsinya, bukan malah
menghindarinya. Ini berarti berkaitan dengn banyak aspek, termasuk pendidikan,
kemauan politik, praktek hukum dan tidak ketinggalan adalah contoh dari
pimpinan kita.
C. Persiapan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Globalisasi
1. Perlunya landasan
Dalam menghadapi era globalisasi
yang penuh dengan kompetisi, yang harus dilakukan adalah penyediaan sumber daya
manusia yang memiliki kesiapan mental sekaligus kesiapan skill atau manusia
professional, namun demikian untuk menjadi manusia professional haruslah
mempunyai landasan yaitu ajaran agama Islam, landasan motivasi, inspirasi dan
aqidah. Agar mampu menjawab tantangan dan menghadapi ancaman ajaran islam
memberikan petunjuk sebagai berikut:
Ö Menumbuhkan kesadaran
kembali tentang tujuan hidup menurut islam. Baik manusia sebagai hamba Allah,
maupun kholifah Allah. Seperti yang dijelaskan pada QS. Al-Baqarah : 30 yang
berbunyi :
ۖ خَلِيفَةً۬لۡأَرۡضِ
ٱ فِى جَاعِلٌ۬ إِنِّى لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ رَبُّكَ قَالَ وَإِذۡ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi’…
Disini iman dan taqwa
sangatlah penting untuk dijadikan sebagai landasan hidup. Kita sadar bahwa
kepuasan lahiriyah yang pernah dinikmati oleh manusia hanyalah sebatas
sementara. Dengan begitu kita akan sanggup mengatur diri kita, dan pada
akhirnya mampu merasakan kenikmatan yang hakiki ketika kita berbuat baik, hal
ini baik untuk hal-hal yang hubungannya dengan khaliq maupun antar sesama umat
manusia. Dengan demikian, ketika kita akan terbawa arus globalisasi, maka kita
akan selalu ingat kesadaran keberagaman kita, yang mempunyai aturan main
didunia dan diakhirat.
Ö Mempertanggung jawabkan
apa yang diperbuat didunia, baik formalitas administrative sesuai ketentuan
yang ada didunia sendiri maupun hakiki yang menceburkan diri dalam kehidupan
globalisasi., maka seharusnya kita sadar akan tanggungjawab kita sendiri terhadap
apa yang kita perbuat. Setitik apapun yang dilakukan oleh seseorang, ia akan
dimintai pertanggungjawabannya[4]. Sebagaimana disebutkan dalam surat
Az-Zalzalah ayat 7-8 yang berbunyi :
(٨)يَرَهُ ۥ شَرًّ۬ا ذَرَّةٍ۬مِثۡقَالَ يَعۡمَلۡ
وَمَن (٧) يَرَهُ ۥ خَيۡرً۬ا ذَرَّةٍ مِثۡقَالَ يَعۡمَلۡ فَمَن
Artinya : Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat [balasan]
nya. (7) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya
dia akan melihat [balasan]nya pula. (8)
Disini, pendidikan Agama Islam yang diharapkan dapat berperan sebagai filter
terhadap kemungkinan timbulnya dampak negative dari akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat, serta sekaligus dapat
menghilangkan pandangan dikotomi antara ilmu pengetahuan dan agama.[5]
2. Persiapan sumber daya manusia dengan kriteria pribadi berkualitas
a) Aspek Intelektual
Ü Kemampuan Analisis
Ü Kemampuan Fokus
Ü Kemampuan Organisasi
Ü Kemampuan Teknis Praktis
Ü Kemampuan penguasaan
multi bahasa, dasar : Indonesia dan Inggris ; Pilihan tambahan : Mandarin,
Perancis, Jepang ( salah satu ).
Ü Menyenangi bukti, music,
kesenian, filsafat, dan Ilmu pengetahuan.
Ü Bekerja keras untuk
mendapatkan nilai/hasil yang baik
Ü Memiliki wawasan
nasional dan internasional
Ü Sistematika kerja,
kecepatan kerja dan ketelitian kerja.
b) Aspek Ketrampilan
c) Aspek Kepribadian ; 16 Nilai Dasar ( Basic Values )
Ü Integritas Tinngi
Æ Terbuka
Æ Konsisten
Æ Berorientasi hasil
Æ Rajin
Æ Disiplin
Æ Kontrol Diri
Æ Keberanian
Æ Kesederhanaan
Æ Pendengar yang baik
Æ Bisa dipercaya
Æ Mempunyai tujuan jelas
Æ Memikirkan orang
Æ Jujur
Æ Memiliki prinsip
Æ Memanfaatkan peluang
Æ Mengakui kesalahan
Ü Kemandirian
Ü Kreatif
Ü Berani mengambil resiko
Ü Humor
Ü Daya tahan
Ü Rasa hormat
Ü Suka menolong
Ü Kerjasama
Ü Semangat belajar seumur
hidup
Ü Pemberdayaan
Ü Kepemimpinan
Ü Komitmen
Ü Kebanggaan
Ü Keadilan
Ü
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Æ Globalisasi dapat diartikan sebagai pengglobalan seluruh aspek kehidupan,
perwujudan (perubahan) secara menyeluruh aspek kehidupan.
Æ Globalisasi dinilai sebagai tantangan, maka
seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mampu menyerapnya,
terutama sekali hal-hal yang tidak mengalai benturan dengan budaya lokal maupun
nasional, terutama sekali nilai agama. Dan globalisasi sebagai ancaman seperti banyaknya ancaman budaya berupa kebebasan yang datang dari dunia sekuler
yang umumnya Barat. Dan ketika kebebasan ini berlebihan, maka nilai-nilai dan
norma budaya lokal dan nasional, terlebih lagi nilai agama. Akan terasa
terancam olehnya.
Æ Dalam era globalisasi perlunya mempersiapkan sumber daya manusia yang
mempunyai landasan dan mempunyai criteria pribadi yang berkualitas
B. Saran
Æ Dalam menghadapi
tantangan globalisasi perlunya memiliki kesiapan mental yang cukup tinggi dan
memiliki kemampuan skill serta mampu menjadi manusia yang professional yang
berlandasan ajaran agama Islam.
Æ Dampak dari
globalisasi bisa dilihat dari segi positif dan negative yang kita peroleh,
sebaiknya kita mampu memilih dan mengerti apa-apa yang kita serap dari dampak
yang ditimbulkannya, apakah memberikan sisi positif bagi diri kita, atau malah
sebaliknya.
Æ Mulailah dari diri
sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik
dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arif AM, M . 2011 . Ilmu
Pendidikan Islam . Kertososno : Iress Press Kerjasama dengan STAIM
Azizy, Qodri . 2004 . Melawan
Globalisasi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Darajat, Zakih . 1992 . Dasar-Dasar
Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada
Perguruan
Tinggi Umum . Bandung : Alumni
Ramayulis, H . 2010 . Ilmu
Pendidikan Islam . Jakarta : Kalam Mulia
Usa, Muslih dan Aden Wijdan SZ . 1997
. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial .
Yogyakarta :
Aditya Media
Widayati, C Sri . 2002 . Reformasi
Pendidikan Dasar . Jakarta : PT. Gramedia Sarana Indonesia
http://www.quranexplorer.com/quran/
[5] Zakih Darajat, Dasar-Dasar
Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum (Bandung,
Alumni, 1992), hal. 7
Mengenai
Saya
Sabda Rasul SAW: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah. Kedua orang tuanya lah
yang menjadikannya nasrani, yahudi atau
majusi. (HR.
Bukhari).
Anak
adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apapun. Ia menjadi tempat
curahan kasih sayang orang tua. Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang
anak, muncul “agenda persoalan” baru yang tiada kunjung habisnya. Ketika
beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti
kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan
masyarakatnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya semakin
tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orangtua pun
selalu cemas memikirkanya.
Dr.
Abdullah Nashih ‘ulwan, dalam bukunya Tarbiyatul Aulad” menegaskan, hanya ada
satu cara agar anak menjadi permata hati dambaan setiap orangtua, yaitu melalui
pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam.
Islam
telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak
masih dalam kandungan . Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan
Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan
Rasul-nya serta berbakti kepada orengtuanya.
Upaya
dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering mengalami kendala. Perlu
disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini, hendaknya orangtua bersabar
dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian.
Dalam
mendidik anak setidaknya ada dua macam tantangan, yang satu bersifat internal
dan yang satu lagi bersifat eksternal. Kedua tantangan ini sangat mempengaruhi
perkembangan anak.
Sumber
tantangan internal yang utama adalah orangtua itu sendiri. Ketidakcakapan
orangtua dalam mendidik anak atau ketidak harmonisan rumah tangga. Sunatullah
telah menggariskan, bahwa pengembangan kepribadian anak haruslah berimbang
antara fikriyah (pikiran), ruhiyah (ruh), dan jasadiyahnya (jasad).
Tantangan
eksternal pun juga sangat berpengaruh dan lebih luas lagi cakupannya. Tantangan
pertama bersumber dari lingkungan rumah. Informasi yang yang didapat melalui
interaksi dengan teman bermain dan kawan sebayanya sedikit banyak akan terekam.
Lingkungan yang tidak islami dapat melunturkan nilai-nilai islami yang telah ditanamkan
di rumah.
Yang
berikutnya adalah lingkungan sekolah. Bagaimanapun juga guru-guru sekolah tidak
mampu mengawasi anak didiknya setiap saat. Interaksi anak dengan teman-teman
sekolahnya apabila tidak dipantau dari rumah bisa berdampak negatif. Sehingga
memilihkan sekolah yang tepat untuk anak sangatlah penting demi terjaganya
akhlak sang anak. Anak-anak Muslim yang disekolahkan di tempat yang tidak
islami akan mudah tercemar oleh pola fikir dan akhlak yang tidak islami sesuai
dengan pola pendidikannya, apalagi mereka yang disekolahkan di sekolah nasrani
sedikit demi sedikit akhlak dan aqidah anak-anak Muslim akan terkikis dan
goyah. Sehingga terbentuklah pribadi-pribadi yang tidak menganal islam secara
utuh.
Disamping
itu peranan media massa sangat pula berpengaruh. Informasi yang disebarluaskan
media massa baik cetak maupun elektronik memiliki daya tarik yang sangat kuat.
Jika orang tua tidak mengarahkan dan mengawasi dengan baik, maka si anak akan
menyerap semua informasi yang ia dapat, tidak hanya yang baik bahkan yang
merusak akhlak.
Teknologi
modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas
negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di
gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual
(televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di awal
milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi. Sebagai akibatnya,
media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan
sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak
nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh
mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut. Persoalan sebenarnya
terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki
perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan criteria
nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan
yang artifisial.
Meskipun
banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, orang tua
tetap memegang peranan yang amat dominan, sebagaiman sabda Rasul SAW:
„Setiap
anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya
nasrani, yahudi atau majusi.” (Hr.Bukhari).
Dalam
mendidik anak orang tua hendaknya berperan sesuai dengan fungsinya.
Masing-masing saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak
akan kehilangan identitas. Pembagian tugas dalam Islam sudah jelas, peran ayah
tidak diabaikan, tapi peran ibu menjadi hal sangat penting dan menentukan.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua Muslim dalam mendidik
anak, yaitu :
Orang
tua perlu memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan anak dan tujuannya.
Banyak menggali informasi tentang pendidikan anak.
Memahami
kiat mendidik anak secara praktis. Dengan demikian setiap gejala dalam
tahap-tahap pertumbuhan anak dapat ditanggapi dengan cepat.
Sebelum
mentransfer nilai, kedua orang tua harus melaksanakan lebih dulu dalam
kehidupan sehari-hari. Karena di usia kecil, anak-anak cerdas cenderung meniru
dan merekam segala perbuatan orang terdekat. Bersegera mengajarkan dan
memotivasi anak untuk menghafal Al-Quran. Kegunaannya di samping sejak dini
mengenalkan Yang Maha Kuasa pada anak, juga untuk mendasari jiwa dan akalnya
sebelum mengenal pengetahuan yang lain.
Menjaga
lingkungan si anak, harus menciptakan lingkungan yang sesuai dengan ajaran yang
diberikan pada anak.
Memang
usaha mendidik anak tidaklah semudah membalik tangan. Perlu kesabaran dan
kreativitas yang tinggi dari pihak orang tua. Apalagi membesarkan anak di era
globalisasi seperti ini, harus lebih memberikan perhatihan dalam mendidik
anak. Wallahu alamBottom of Form
·
Yulianto”
Top of Form
Get every new post delivered to your Inbox.
Bottom of Form
Langganan:
Postingan (Atom)